Diriku Apa Adanya

Foto saya
Indonesia
Only new-born human to develop potencies optimum 100% and to give multi-purposes internationally

Sabtu, Agustus 23, 2008

SELEMBAR CEK

Di sebuah keluarga, tinggallah seorang ayah dengan putra tunggalnya yang sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa tahun yang lalu telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki kesamaan minat yakni mengikuti perkembangan produk otomotif.

Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah mencukupi, kira-kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli. Sambil bersenda gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil impian mereka.

Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam hati, "Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah kelulusanku. Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan alangkah hebatnya bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara ke kantor dengan mobil baru," harapnya dengan senang. Membayangkan dirinya memakai baju rapi berdasi, mengendarai mobil ke kantor.

Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah kitab suci di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap terima kasih tetapi hatinya sungguh kecewa. "Bukannya aku tidak menghargai hadiah dari ayah, tetapi alangkah senangnya bila isi kotak itu adalah kunci mobil," ucapnya dalam hati sambil menaruh kitab suci kembali ke kotaknya.

Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan, tak lama si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan kepada putranya.

Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-barang, mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya yang tergeletak berdebu di pojok lemari. Dia teringat itu hadiah ayahnya saat wisuda yang diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak penutup, dan untuk pertama kalinya kitab suci hadiah pemberian si ayah dibacanya.

Saat membaca, tiba-tiba sehelai kertas terjatuh dari selipan kitab suci. Alangkah terkejutnya dia. Ternyata isinya selembar cek dengan nominal sebesar harga mobil yang diinginkan dan tertera tanggalnya persis pada hari wisudanya.

Sambil berlinang airmata, dia pun tersadar. Terjawab sudah, kenapa mobil kesayangan ayahnya dijual. Ternyata untuk menggenapi harga mobil yang hendak dihadiahkan kepadanya di hari wisuda. Segera ia pun bersimpuh dengan memanjatkan doa, "Ayah maafkan anakmu yang tidak menghargai hadiahmu �. Walau terlambat, hadiah Ayah telah kuterima�� Terima kasih Ayah.. Semoga Ayah berbahagia di sisiNYA, amin".

Tidak jarang para orang tua memberi perhatian dengan alasan dan caranya masing-masing. Tetapi dalam kenyataan hidup, karena kemudaan usia anak dan emosi yang belum dewasa, seringkali terjadi kesalahfahaman pada anak dalam menerjemahkan perhatian orang tua.

Jangan cepat menghakimi sekiranya harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya tidak menjadikan kita manja hingga selalu menuntut permintaan.

Mari belajar menjadi anak yang pandai menghargai setiap perhatian orang tua.

Demikian dari saya
Salam sukses luar biasa!!!!
Andrie Wongso

KEKUATAN BEKERJA

Oleh: Eni Kusuma

Konon, orang-orang bijak Yunani mengobati orang yang ditimpa keresahan, kesuntukan, kesedihan dan penyakit psikologis lainnya dengan memaksanya bekerja di ladang dan kebun. Hasilnya, hanya beberapa waktu kemudian, si pasien telah kembali sehat dan mendapatkan ketenangan.

Saya pikir itulah kekuatan dari bekerja. Kita lebih bahagia dan tenteram karena bekerja membuat pikiran kita bebas, tidak terbebani, juga fisik kita menjadi kuat. Jika dibandingkan dengan mereka yang menganggur di rumah, tidak melakukan kegiatan apa-apa selain bermalas-malasan. Mereka kerap terjangkit penyakit psikologis dari yang ringan sampai kronis. Awalnya mungkin mudah tersinggung terhadap perkataan-perkataan anggota keluarga ataupun orang lain sampai akhirnya tidak percaya diri sehingga bisa membuatnya menarik diri dari peredaran. Jika ini dibiarkan, maka akan semakin sulit dicarikan jalan keluarnya. Meskipun bukan tidak mungkin bisa dinormalkan seperti sedia kala. Karena segala sesuatu terjadi karena sebuah kebiasaan.

Contohnya, seorang sarjana yang menganggur karena tidak diterima kerja. Semua daya dan upaya telah dikerahkan untuk mencari pekerjaan. Namun hasilnya nihil. Dia malu karena menganggur. Sarjana kok nganggur, begitu pikirnya. Apalagi biaya kuliahnya dulu ditanggung oleh kakaknya. Lagi pula dia laki-laki yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga. Mula-mula ia malu kemudian berkembang menjadi malu-maluin. Yaitu dengan mengurung diri di kamar tanpa kegiatan, pendiam, dan menarik diri dari pergaulan.

Masalahnya di sini hanya satu, yaitu dia gengsi atau malu karena ia sarjana tapi menganggur. Seandainya ia tidak gengsi dan malu, ia tidak akan punya beban pikiran yang akan menghambat kesuksesannya. Ia bisa bekerja apa saja sebagai awal dari pembelajarannya sebelum menemukan apa yang ia inginkan. Dengan bekerja, maka beban akan hilang.



Seperti halnya saya. Dulu saya pernah ditanya oleh teman SMA. Apa? Pembantu? Begitu responnya ketika saya jawab bekerja sebagai pembantu. Memang sih, lingkungan tempat kita berada bisa menjadi lebih kejam dan mampu mengubah diri kita menjadi seorang psikopat. Mengapa musti malu dan gengsi? Jika peluang sementara pekerjaan yang saya dapat waktu itu hanya menjadi seorang pembantu, kenapa enggak? Jika saya memiliki potensi penampilan yang tidak bisa membuat orang mempertanyakan dan membahasnya lebih lanjut oh, itu lain lagi hehehe. Karena, hal lain seperti kemampuan adalah sesuatu yang bisa dipelajari.

Saya bekerja dan bekerja. Benar saja, pikiran saya bisa bebas sebebas-bebasnya. Sehingga, saya bisa menemukan sebuah potensi lain dalam diri saya yang bisa dikembangkan. Bisakah seseorang menemukan potensi yang ada dalam dirinya sementara ia terbebani oleh bermacam-macam pikiran yang semrawut? Saya tidak yakin.

So, tidak perlu merasa sedih jika ditolak bekerja kantoran karena penampilan. Dan tidak perlu gengsi jika harus bekerja menjadi tukang cuci piring. Bekerja sambil belajar dan be a smart!!

Eni Kusuma adalah mantan TKW di Hongkong, motivator, dan penulis buku bestseller Anda Luar Biasa!!!

BERSYUKUR DAN BERJUANG

Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar."Apa betul begitu, Yah?" tanya sang anak.

Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"

Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri, Yah. Lantas, apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?"

Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apa pun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang, dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini."

Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah, dong?"

Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"

"Lho, kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serba susahlah yang membuat Ayah berhasil. Padahal, aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin, dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa, dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"

Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.

Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe."

Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai."

Pembaca yang budiman,
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.

Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan berikhtiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.

Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso

18 Agustus 2008

Kamis, Agustus 21, 2008

Engkaulah Bidadari Sejati Itu

Dari Riwayat Sahabat Rasul

Sebagai seorang pengantin, wanita lebih cantik dibanding seorang gadis
Sebagai seorang ibu, wanita lebih cantik dibanding seorang pengantin
Sebagai istri dan ibu, ia adalah kata-kata terindah di semua musim
dan dia tumbuh menjadi lebih cantik bertahun-tahun kemudian…

Syahdan, di Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid.Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat. Dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah.
Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

Akhirnya pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah.

“Coba engkau temui langsung Baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagimu”, nasihat mereka.
Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:

“Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?”

“Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.

“Katakanlah aku yang mengutusmu”, sahut Baginda Nabi.

“Baiklah ya Rasul”, dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan.
Sesampai di rumah Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan

“Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya?” Tanya Fulan.

“Rasulullah saw yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A.” Jawab Zulebid sedikit gugup.

“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku.”

Fulan menemui putrinya dan bertanya, “bagaimana pendapatmu wahai putriku?”

Jawab putrinya, “Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”

Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.

Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Anda yang di wajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu?”

Jawab istrinya, ” Engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.” Zulebid tersenyum.

Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.

“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang.
Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”

Istrinya menyahut, “Pergilah suamiku, betapa besar pula bertumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”

Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid…ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya… .Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.

Senja datang
Angin mendesau, sepi…
Pasir-pasir beterbangan…
Berputar-putar…

Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.

Tanpa dimandikan…
Tanpa dikafankan…
Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.
Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.
Para sahabat terdiam membisu.

Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau
Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah.
Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.
Akhirnya keadaan kembali seperti semula.
Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.

“Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?”
Jawab Rasul, “Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo..Zulebid, pagi tadi engaku datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”

“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.
” Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid,” Jawab Rasulullah.

“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.

“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya….”

Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.

Malam menjelang…
Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata.
Lamat-lamat ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.

Terdengar Zulebid berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini apabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu…. “ Dan hanya engkau kubiarkan yang tercantik di hatiku.

Istri Zulebid, terdiam.
Matanya basah…
Ada sesuatu yang menggenang disana..
Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi..
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir..
Ia menggerakkan bibirnya..
“Suamiku, aku mencintaimu…
Dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita..
Aku ikhlas….

MC, 21 Agustus 2008

Kamis, Agustus 14, 2008

MENCARI PEMIMPIN SEJATI

Oleh: Ade Chandra
Mahasiswa Master of Management di International Islamic University Malaysia (IIUM), berdomisili di Pekanbaru, Riau.

Kepemimpinan bukanlah sebuah bakat, tapi kepemimpinan dapat diciptakan oleh lingkungan dan masyarakatnya.

Betapa tidak, sejak dimulainya pemilihan secara langsung pasangan presiden dan wakil presiden oleh rakyat Indonesia maka kini terus bergulir pemilihan pemimpin model tersebut diberbagai propinsi, kota dan kabupaten. Bahkan pelaksanaannya juga telah sampai ke tingkat RT.

Namun setelah pemimpin baru banyak yang harus meringkuk di jeruji besi karena terbukti korupsi atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin. Walau adakalanya kejahatan itu dilakukan sebelum terpilih memimpin rakyat didaerahnya.

Tentu hal ini merugikan bangsa dan rakyat. Karena miliaran bahkan triliunan dana terbuang hanya untuk memilih penjahat berkedok pemimpin. Bagaikan membeli kucing dalam karung.

Semestinya, calon pemimpin yang diusung partai politik tertentu beserta rakyat harus mengetahui track-record nya. Utama sekali bagi tim suksesnya. Makanya perlu kriteria-kriteria untuk menjaring calon pemimpin terbaik.

Dalam buku Modern Management, Certo (2006) menuturkan beberapa kriteria kepemimpinan hari ini, yaitu: (1)visionary, dengan memiliki kekuatan ide-ide asli untuk masa depan menuju perbaikan dan peningkatan, (2)passionate dengan bentuk kekuatan keyakinan yang dalam, (3)creative untuk menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, (4)flexible dengan mampu merubah keadaan dan kondisi berbeda-beda menjadi lebih baik, (5)inspirational sehingga orang-orang disekitarnya tergerak untuk melakukan prilaku-prilaku positif, (6)innovative dalam ide dan mengatasi berbagai persoalan, (7)courageous atau berani berkorban untuk kebaikan, (8)imaginative dalam berpikir, membuat sesuatu yang baru dan bermanfaat, (9)experimental dengan membuat dan memodifikasi sesuatu yang tidak berguna menjadi bermanfaat dan (10)independent dalam berpikir dan berbuat tanpa terpengaruh oleh apapun.

Selain itu, pemimpin perlu memiliki komitmen kebaikan dan kebermanfaatan. Hermawan Kartajaya menerangkan konsep progression of commitment value dengan empat tingkatan komitmen secara berurutan, mulai dari political commitment, intellectual commitment, emotional commitment, dan spiritual commitment.

Political commitment merupakan tingkatan terendah dengan memberikan komitmen secara terpaksa sesuai apa yang diinginkan organisasinya. Tingkatan selanjutnya intellectual commitment dengan menjalankan komitmen untuk memenuhi kebutuhan intelektualnya.
Selanjutnya emotional commitment yang dilakukan sukarela dan tidak lagi memikirkan untung rugi. Sedangkan tingkatan tertinggi spiritual commitment dengan komitmen kerja dilakukan karena sudah menjadi panggilan jiwa untuk menegakkan kebenaran yang berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin utamanya dipilih dari orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Yang tidak akan pernah curang dan berbuat zalim sekecil apapun kepada rakyat atau orang-orang yang dipimpinnya. Karena dia tahu bahwa pengawas utamanya langsung dari sang Maha Kuasa, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Yang tidak pernah tidur dan tidak pernah merasa lelah. Bisa saja pemimpin mengelabui seluruh manusia yang dipimpinnya, tapi ingat bahwa perkara tersembunyi dan tidak tuntas didunia ini, maka urusan tersebut pertanggungjawabannya nanti akan dituntaskan pada pengadilan sang Maha Adil, Allah, Penguasa alam semesta.

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Al Qur’an surat Al Qiyamah ayat 36)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an surat Al Hasyr ayat 18)

Kepemimpinan seyogyanya menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta agar mendapat keberuntungan. Sebagai mana disebutkan dalam kitab suci Al Qur’an berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (surat Al Ma’idah ayat 35).

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (surat Al Ankabut ayat 69).

Selain itu, kepemimpinan tidak boleh dicari apalagi memintanya. Karena pertanggungjawaban kepemimpinan sunggguh berat di Hari Pembalasan nantinya.
Dalam sejarah kehidupan manusia, banyak kisah-kisah kepemimpinan yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi para pemimpin atau calon pemimpin.

Kisah fenomenal adalah kisah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Hanya dalam waktu kepemimpinan 2,5 tahun, beliau mampu mensejahterakan rakyatnya baik Muslim maupun non-muslim. Saat itu, orang-orang yang mau menyalurkan zakatnya seharian penuh berkeliling tapi tidak ada yang mau menerimanya. Karena masyarakat merasa hidup berkecukupan sehingga tidak pantas menerima zakat.

Sebelum menjadi pemimpin tertinggi umat Islam seluruh dunia pada saat itu, beliau termasuk orang yang kaya. Namun, ketika diangkat menjadi pemimpin, beliau segera menyalurkan seluruh hartanya ke kas negara. Yang tersisa hanya tinggal baju dibadan. Beliau juga minta diberikan gaji hanya 2 dirham sehari, yang nilainya dapat memenuhi kebutuhan makan pada hari itu juga.

Beliau juga minta kepada istrinya untuk memilih apakah tetap bersamanya dalam kondisi seperti ini atau pergi meninggalkannya secara baik-baik dengan perceraian. Beliau takut, istrinya tidak tahan dan mempengaruhi beliau kearah keburukan dan kejahatan dalam menjalankan tugas besar sebagai pemimpin umat. Istrinya menangis mendengar penyampaian seperti itu dan berkata: ”wahai suamiku, justru dalam kondisi seperti ini diriku harus berada disampingmu.”

Kepemimpinan hari ini

Kalau dibandingkan dengan pemimpin hari ini, justru kekayaannya bertambah setelah menjadi pemimpin sedangkan rakyatnya makin sengsara. Pemimpin bergelimang fasilitas sedang fasilitas rakyat dikurangi bahkan dihilangkan. Fasilitas negara dijadikan fasilitas pribadi. Rakyat diminta hidup hemat sedang pemimpin berfoya-foya bersama istri, anak, keluarga dan kroni-kroninya.

Kondisi kepemimpinan seperti ini menjadikan rakyat terzalimi. Rakyat kelaparan ditengah daerah yang kaya. Ibarat ayam mati dilumbung padi. Akibatnya, silih berganti bencana menimpa pemimpin dan daerahnya. Sehingga membuat pemimpin “pusing”, walau kadang pusing menikmati bantuan dibalik bencana.

Keberhasilan kepemimpinan dilihat diatas kertas saja melalui data-data statistik. Tanpa mau membuka mata, hati dan telinga pada rakyat disekelilingnya. Padahal banyak tetangga disamping rumah pemimpin menderita busung lapar, sulit mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Al Qur’an menerangkan dalam surat Al A’raf ayat 179:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Tentu tak ada yang menginginkan pemimpin yang hanya berani menjual kekayaan negara dan daerahnya hanya dengan alasan memenuhi kekurangan anggaran “bang-saku”. Dengan alasan privatisasi dan meningkatkan kinerja. Menguras tanah dan air hanya untuk segelintir orang agar tercapai target keberhasilan kepemimpinan sesaat dan selanjutnya menyengsarakan rakyat.

Makanya, kita memerlukan pemimpin jujur, cerdas, komunikatif dan amanah. Pemimpin yang sanggup melakukan perubahan. Memberikan sebesar-besarnya multi-manfaat kepada rakyatnya tanpa pernah mengharap balas. Karena sebaik-baik balasan hanya dari sang Maha Pemberi Balasan Yang Sempurna. Dialah Allah subhanahu wata’ala.

Bagaimana dengan Anda?

MC, 14 Agustus 2008

MEMBERDAYAKAN PEDAGANG KAKI LIMA

Oleh: Ade Chandra*
*Mahasiswa Master of Management di International Islamic University Malaysia
(IIUM)Batch 14 asal Pekanbaru-Riau.
*Anggota ISEFID (Islamic Economic Forum for Indonesian Development) di IIUM

Pedagang Kaki Lima (PKL) nasibnya selalu fenomenal. Kehadirannya seolah “perusak” keindahan. Penggusuran mereka hampir terjadi disetiap kota-kota besar di Indonesia. Padahal dinegara-negara lain PKL menjadi bagian untuk pembangunan citra bangsa yang mandiri dan penuh keunikan.

Bila sempat berjalan-jalan ke ibukota negara jiran, Kuala Lumpur, tepatnya disekitar kawasan padat lalu lintas dekat Pasar Seni maka akan banyak dijumpai pedagang dengan gerobak dorongnya. Beraneka barang dagangan mereka jual. Mulai makanan cepat saji, buah-buahan, mainan, pakaian hingga semua aksesoris yang mempercantik penampilan. Setiap kita jalan ditempat tersebut, mereka tetap berada disana. Mereka ini kalau di Indonesia disebut PKL. Saya sempat bertanya dalam hati kenapa mereka tidak digusur. Padahal mereka bisa memperburuk pemandangan kota.

Belum lagi mendapat jawaban atas pertanyaan tersebut, pada malam-malam tertentu secara rutin minimal sekali seminggu juga akan kita temukan pasar malam. Beraneka dagangan dijajakan disana. Beberapa tempat yang pernah saya datangi, pengunjungnya sangat ramai sekali. Maklum harganya miring dibanding supermarket dan mall. Barang-barang yang sulit didapatkan pun juga ada disana.

Dikampus juga rutin diadakan pasar malam. Biasanya malam week-end. Kegiatan ini langsung diprakarsai oleh organisasi mahasiswa, Entrepreneurship Club. Sempat saya tanyakan pada mereka kenapa sering diadakan pasar malam dibanyak tempat di Malaysia termasuk dikampus dan kenapa pedagang dibiarkan berjualan dikawasan padat lalu lintas.

Beberapa hal penting yang mereka sampaikan membuat saya terperanjat. “Apa yang kami lakukan juga dilakukan pemerintah adalah untuk membangun semangat wirausaha dan kemandirian warga Melayu. Karena selama ini warga Melayu hanya mau bekerja sebagai kakitangan (pegawai) pemerintah saja. Sedangkan warga selain Melayu mendominasi perdagangan.” Rakyat diberikan pembinaan berkelanjutan agar tahu arti penting kedisiplinan, ketertiban, keteraturan, kebersihan dan keindahan. Selain itu, pengawasan dilakukan secara rutin. Tindakan penggusuran hanya menjadi jalan terakhir bila upaya-upaya lain tidak dapat dilakukan. Itu pun hampir tidak pernah terjadi.

Untuk mendukung program wirausaha rakyatnya, pemerintah Malaysia dan swasta berlomba-lomba memberikan bantuan secara berkelanjutan. Mulai dari kebijakan strategis, pengembangan manajemen organisasi dan kerja-kerja teknis lainnya, hingga bantuan financial diberikan. Begitu seriusnya, bahkan ada bantuan keuangan awal bagi proposal bisnis rakyatnya yang memiliki prospek untuk dimajukan. Nilainya sekitar RM20.000 atau setara dengan Rp. 58.000.000 (andai kurs 1RM = Rp. 2.900). Bila produknya sudah jadi dan memerlukan pengembangan pemasaran, maka akan dibantu lagi sama dengan jumlah uang yang disebutkan diatas.

Saya teringat dengan PKL yang ada di kota-kota besar di Indonesia. Mereka sering digusur secara paksa bahkan harus merelakan gerobaknya disita dan tragisnya lagi dibakar. Alasan yang sering dikemukakan aparat pemerintah dan jajarannya adalah bahwa PKL merusak pemandangan kota. Sudah berkali-kali diperingatkan tapi tidak juga mau pindah. Padahal nyatanya pembinaan berkelanjutan sangat jarang dilakukan pada PKL. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dilakukan di negara jiran.

Kita bangsa Indonesia seharusnya bangga memiliki PKL dengan semangat kemandirian luar biasa. Mereka menjadi solusi konkrit terhadap permasalahan pengangguran. Mereka berupaya eksis ditengah naiknya harga minyak dengan biaya hidup yang semakin meninggi.

Suatu kali saya bertanya dengan PKL yang sudah berdagang makanan cepat saji selama 10 tahun di kota Pekanbaru, “Bang, kenapa mau jadi PKL, kan sering kena gusur?” jawabannya membuat saya terperanjat, “Sudah panggilan jiwa, saya tidak ingin menjadi beban pemerintah. Saya ingin menjadi solusi buat bangsa ini!” jawabnya sambil tersenyum. Benar saja, beliau awalnya mempekerjakan 2 orang karyawan yang dulunya pengangguran dikampungnya dan sekarang mereka telah mandiri. Begitu terus dilakukannya tiap 2 tahun.

Jawaban ini mengingatkan saya tentang konsep progression of commitment value dengan 4 tingkatan komitmen secara berurutan. Mulai dari political commitment, intellectual commitment, emotional commitment dan spiritual commitment.

Political commitment merupakan tingkatan terendah dimana komitmen dilakukan secara terpaksa. Sedangkan tingkatan selanjutnya intellectual commitment dimana suatu komitmen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan intelektualnya. Emotional commitment bersifat sukarela dan tidak lagi memikirkan untung rugi. Sedangkan tingkatan tertinggi spiritual commitment yang sudah merupakan panggilan jiwa dan tidak terikat lagi dengan masalah duniawi. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya?

Saya memiliki bukti bahwa pemerintah daerah dan jajarannya ada yang telah sampai pada tahap spiritual commitment, bekerja sebagai panggilan jiwa. Saya menemukan di pinggiran Jalan Sam Ratulangi kota Pekanbaru, PKL diberikan kesempatan untuk berjualan disana. Sudah lebih dari 10 tahun. Jumlah PKL juga semakin bertambah. Mereka biasanya memenuhi pinggiran jalan untuk mulai berdagang setelah Sholat Ashar dan menutup dagangannya hingga jam 12 malam. PKL ini sangat ramah pada pembeli dan sangat menjaga kebersihan lingkungan disekitar mereka.

Bila hal seperti ini terus dikembangkan dinegeri kita tercinta, maka 10 tahun kedepan bangsa ini akan menjadi bangsa mandiri yang mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Namun, yang sering muncul kepermukaan adalah bahwa PKL selalu dikebiri. Padahal kita memerlukan upaya-upaya lebih baik lagi untuk menjadikan PKL sebagai kebanggaan bangsa. Bukan saja masalah pendapatan masyarakat yang semakin meningkat, juga kreatifitas dan inovasi produk dan pelayananan juga akan semakin berkembang.
Satu hal lagi, bangsa ini akan memiliki pencitraan yang baik. Penuh keunikan dan melambangkan semangat kemandirian yang tangguh.

Beberapa ide yang dapat dilakukan pemerintah maupun swasta dalam memberdayakan PKL diantaranya:
•Mencarikan lokasi yang layak terlebih dahulu sebelum PKL akan dipindahkan. Layak disini bukannya bagi pemerintah saja, tetapi juga akses kemudahan bagi pembeli sehingga transaksi perdagangan berlangsung baik.

•Membantu memberikan tempat jualan yang layak dengan mobilitas yang tinggi. Seperti dibeberapa negara para PKL nya jualan diatas mobil yang telah dimodifikasi sehingga mudah untuk jualan dimana saja.

•Membuka akses perbankan berjalan bagi PKL, sangat tepat peluang ini ditangkap oleh perbankan syariah khususnya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan lembaga keuangan syariah mikro dengan memakai konsep mudharabah (bagi hasil) maupun musyarakah. Bisa jadi sistem pengembalian dilakukan perhari atau pun perminggu. Saat PKL mulai menggelar dagangannya, modal segera diserahkan oleh bank syariah. Setelah tutup transaksinya maka modal dan keuntungan yang telah disepakati sebelumnya diserahkan PKL kembali ke bank syariah.

•Melakukan perbaikan penampilan penjual dan tempatnya, pembinaan berkelanjutan baik dari kualitas produk yang dijual, cara pelayanan kepada pelanggan maupun pencatatan keuangan sederhana. Juga melakukan pembinaan spiritual mereka. Pembinaan ini akan memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi lingkungannya.
•Memberikan penghargaan kepada PKL dengan mempekerjakan karyawan lebih dari 5 orang dan menjadi pujian bagi pelanggan dalam hal kehalalan dan kualitas produk, pelayanan, dan tempat serta ramai dikunjungi pembeli maupun wisatawan.

Nah, kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta dan PKL tentu akan menghasilkan keuntungan juga bagi masing-masing pihak. Sisi lainnya, masyarakat juga akan lebih memilih untuk belanja pada PKL karena kualitas produk, keunikan dan harga yang pantas. Hal ini akan memberikan win-win solution dan atau win-win situation.
Kembali pada PKL dinegara jiran, ternyata banyak dari mereka berasal dari Indonesia. Bahkan diantara mereka banyak yang sudah menjadi permanent residence. “Saya mau menjadi penghasil devisa buat negara kita,” kata PKL yang berada dikampus IIUM. Karena setiap keuntungan, akan kami kirim buat sanak keluarga di tanah air. Kami pun para mahasiswa Indonesia sangat mendukung mereka. “Kita belanja pada orang Indonesia saja, agar kita juga ikut berperan dalam memberikan kontribusi bagi negara,” kata salah seorang mahasiswa kandidat doktor engineering asal Jakarta.

Ini merupakan panggilan jiwa dari ide sederhana tapi penuh kedalaman makna bila dilaksanakan secara benar dan berkelanjutan. Sudah saatnya kita bangun kemandirian bangsa dengan memberdayakan pedagang kaki lima secara tepat dan bijaksana. Agar bangsa ini tidak akan pernah tergantung lagi dari belas kasihan bangsa lain dalam bentuk utang.

Bagaimana dengan Anda?

MC, 14 Agustus 2008

Kamis, Agustus 07, 2008

Tujuan dan Arah Keuangan Islam

Sutan Emir Hidayat
Dosen Keuangan Islam University College of Bahrain Manama, Bahrain
Alumni MBA, IIUM

posted on August 7, 2008

Setelah diragukan dan kurang diperhatikan selama beberapa dekade sebelumnya oleh banyak pihak di Tanah Air, pada tahun ini (2008) keuangan Islam (syariah) telah dijadikan sebagai agenda nasional. Walaupun terhitung agak terlambat, keseriusan pemerintah dalam mendukung perkembangan keuangan Islam perlu disyukuri karena keuangan Islam sudah menjadi fenomena global yang telah terbukti sebagai suatu sistem keuangan yang lebih adil dan mampu bertahan di tengah krisis ekonomi.

Suatu hal yang menarik adalah ketertarikan negara-negara non-Muslim dalam menerapkan keuangan Islam di negaranya. Bahkan, pusat-pusat keuangan dunia, seperti New York, Tokyo, London, Hong Kong, dan Singapura nyata-nyata sudah mendeklarasikan keinginan mereka untuk menjadi pusat keuangan Islam dunia.

Tentunya kenaikan harga minyak dunia merupakan salah satu faktor penting yang melandasi keinginan tersebut. Namun, di balik semua itu semakin tingginya kesadaran investor Muslim terutama investor Timur Tengah akan pentingnya penyelarasan seluruh aspek hidupnya, termasuk aspek keuangan kepada syariat Islam adalah faktor utama pendorong pertumbuhan keuangan Islam.

Di balik semua fenomena di atas, agar perkembangan keuangan Islam di Indonesia tidak salah langkah, perlulah kita ketahui tujuan dan arah yang hendak dicapai dari pendirian keuangan Islam. Sistem perbankan dan keuangan Islam yang ada saat ini tercipta sebagai hasil ijtihadw para ulama dalam rangka menyelaraskan semua aspek kehidupan seorang Muslim dengan ajaran agamanya. Ini dikarenakan Islam adalah sebuah cara hidup yang komprehensif yang tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, dan aspek kehidupan lainnya.

Sebuah kajian pernah dilakukan oleh Watt (1979) tentang makna agama bagi seorang Muslim dan makna agama bagi masyarakat sekuler Barat. Dia menemukan bahwa agama tidak mendapat tempat dalam pengaturan ekonomi, politik, perdagangan, dan industri dalam masyarakat sekuler Barat. Sebaliknya, agama dipandang sebagai cara hidup yang mencakup ritual keagamaan, ekonomi, politik, bahkan etika perilaku.

Sebagai suatu sistem keuangan yang berdasarkan syariat Islam, maka seyogyanya arah dan tujuan didirikannya keuangan Islam mestilah untuk mewujudkan objektif syariah (maqasid al-syariah ). Secara umum, objektif syariah dikategorikan kepada pendidikan (tarbiyah ), keadilan (adalah ), dan kesejahteraan umat (maslahatul ammah).

Peranan institusi keuangan Islam, seperti bank syariah dalam mewujudkan ketiga objektif tersebut, sangatlah diperlukan. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan, bank syariah mesti ikut serta dalam program pengenalan keuangan Islam kepada masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan institusi pendidikan, institusi pelatihan, dan media masa.

Bank syariah diharapkan mendukung dan mensponsori institusi-institusi pendidikan yang menawarkan program akademik keuangan Islam. Hal ini sangat berguna dikarenakan saat ini jumlah praktisi keuangan Islam yang memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang keuangan Islam masih sangat terbatas.

Tujuan menegakkan keadilan dapat diwujudkan bank syariah dengan bersikap transparan dalam laporan keuangan, adil dalam pembagian keuntungan dengan nasabah, dan adil dalam pembebanan setiap biaya servis. Kesejahteraan umat dapat diwujudkan bank syariah melalui alokasi pembiayaan (financing ) kepada sektor-sektor yang membawa manfaat bagi orang banyak dan dapat digunakan sebagai sarana dakwah penyebaran Islam.

Sebagai contoh, apabila kebanyakan masyarakat di suatu daerah adalah petani yang notabene memerlukan pembiayaan pertanian, maka bank syariah yang beroperasi di daerah tersebut mesti mengalokasikan pembiayaannya pada sektor pertanian dalam persentase yang signifikan meskipun pembiayaan perumahan di daerah tersebut menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi. Namun, hal tersebut tidak berarti syariat Islam bertentangan dengan prinsip maksimisasi keuntungan (profit maximization).

Pada dasarnya, bank syariah mesti hanya memberikan pembiayaan kepada sektor-sektor yang menguntungkan. Hal tersebut dikarenakan bank syariah dipercaya mengelola uang nasabah dan pemegang saham yang jumlahnya besar. Namun, sudah seharusnya ada keseimbangan antara pencapaian tujuan komersial dan tujuan-tujuan sosial keagamaan sebagaimana diajarkan dalam syariat Islam. Ketiadaan keseimbangan ini bisa menyebabkan bank syariah dan institusi keuangan Islam lainnya kehilangan identitas aslinya.

Cara Kapitalis Merampas Negara

Oleh A. Jafar M. Sidik
posted on August 7, 2008

Jakarta (ANTARA News) - "Siapa pun yang ingin mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di dunia, mesti segera membaca buku ini."

Itulah komentar majalah Rolling Stone tentang buku "The Shock Doctrine; The Rise of Disaster Capitalism" karangan wartawati Kanada, Naomi Klein, yang diterbitkan Penguin Books, London, Inggris (2007).

Buku setebal 558 halaman yang struktur kisahnya rapi dan dinilai koran "The Observer" sebagai buah dari riset mahasempurna ini menyingkap muslihat kaum kapitalis yang secara menyeramkan menggasak aset negara, tak peduli jutaan orang mati dan jatuh melarat karenanya.

Para kapitalis ini mengarsiteki sekaligus mensponsori kudeta-kudeta berdarah di seluruh dunia, swastanisasi aset dan sistem pelayanan publik, krisis moneter, merger dan akuisisi perusahaan pasca krisis, liberalisasi perdagangan, invasi Irak, bahkan gerakan demokratisasi.

Selain mewujud dalam perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs), mereka mengotaki Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bahkan organisasi-organisasi bantuan internasional seperti Badan Bantuan Pembangunan Internasional AS (USAID).

Mereka melekat pada lembaga-lembaga "think tank" terkenal seperti American Enterprise Institute, Heritage Foundation dan Cato Institute, sementara ruhnya bersemayam dalam sejumlah universitas Barat yang menjadi tempat berkuliah para teknokrat negara berkembang yang belajar karena biaya asing.

Kaum kapitalis ini tak peduli sebuah rezim zalim atau tidak, demokratis atau tidak, korup atau tidak, yang penting menguntungkan mereka, persis pepatah mantan pemimpin RRC Deng Xiaoping, "Tak penting kucing itu putih atau hitam, yang penting bisa menangkap tikus."

Kaum yang disebut Naomi neoliberal ini sangat anti kepemilikan publik dan berupaya membuat pemerintahan di banyak negara lumpuh sehingga merekalah yang sesungguhnya berkuasa atas negara dan sistem transaksi sosial, ekonomi dan politik antar-bangsa.

"Saya ingin pemerintah dikerdilkan sampai saya bisa menyeretnya ke kamar mandi untuk kemudian membenamkannya dalam bak mandi," kata Grover Norquist, pelobi kepentingan bisnis MNCs terkenal di AS sekaligus pembela fanatik neoliberal.

Untuk mengerdilkan pemerintah, mereka mempunyai modus, yaitu mengacaubalaukan negara dengan menciptakan situasi krisis sampai kesadaran nasional negara itu hilang, terutama berkaitan dengan konsep dasar pengelolaan ekonominya.

Negara itu lalu dipaksa menelan resep ekonomi propasar dalam dosis tinggi nan beruntun, tak peduli rakyatnya bakal sengsara. Hal terpenting, negara itu menjadi amat tergantung pada modal asing(kapitalis) sehingga setiap saat bisa dieksploitasi oleh kaum kapitalis itu.

Metode membuat syok nasional sehingga negara tak sadar telah dikuasai kapitalis ini disebut Naomi Klein sebagai "Shock Doctrine."

Naomi menganalogikan terapi syok ekonomi ini dengan doktrin militer AS "kejutkan dan takutkan" (shock and awe) dan metode cuci otak ala dinas intelijen AS (CIA), "kubark counter intelligence interrogation."

Lewat "kubark", CIA membunuh karakter manusia dengan teknik interogasi mengerikan sehingga memori manusia hilang untuk kemudian diganti karakter baru jadi-jadian, seperti dalam kisah trilogi "Bourne" yang dibintangi aktor Hollywood, Matt Damon.

Dalam format berbeda, para ekonom neoliberal mengaplikasikan metode dekarakterisasi ala CIA ini ke tingkat negara dengan membuat negara berada dalam suasana krisis, sehingga gampang dipaksa untuk menelan resep kebijakan ekonomi prokapitalis yang formula dasarnya adalah liberalisasi pasar, penghapusan subsidi, dan swastanisasi aset publik.

Penggagas terapi syok itu adalah ekonom Universitas Chicago, Milton Friedman, seorang penentang intervensi negara dalam pengelolaan ekonomi yang dulu disarankan ekonom besar pasca-Perang Dunia I, John Maynard Keynes.

Friedman percaya bahwa perekonomian harus diserahkan sepenuhnya pada pasar dan ia ingin dunia mempraktikannya tanpa kecuali.

Terinspirasi sukses Mafia Berkeley di Indonesia akhir 1960-an dan junta militer Brazil pimpinan Castello Branco yang mengakhiri ekonomi kerakyatannya Presiden Joao Gullart pada 1964, Friedman membidik Chile sebagai kelinci percobaan pertamanya.

Chile awal 1970-an diperintah Salvador Allende yang mengusung sistem ekonomi sosialis yang tak mengharamkan kepemilikan swasta, namun mengharuskan negara melindungi kepentingan publik. Ekonomi sosialis Chile berbeda dari komunisme, seperti diklaim AS, bahkan mirip azas demokrasi ekonominya Mohammad Hatta di Indonesia.

Karena ingin menasionalisasi perusahaan asing, maka sosialisme Allende itu lalu dipandang korporasi-korporasi multinasional asal AS sebagai ancaman. Salah satu yang terancam, American Telephone & Telegraph (AT&T), mendesak pemerintah AS untuk mencungkil Allende dari kekuasaannya.

Sebelum mendongkel Allende, AS mendidik mahasiswa-mahasiswa Chile di Universitas Chicago di bawah asuhan Milton Friedman dengan tujuan mengimbangi popularitas para ekonom sosialis pimpinan Pedro Vuskovic Bravo yang menjadi arsitek kebijakan ekonomi Allende.

Untuk mengaburkan intervensi, pemerintah AS bersembunyi dibalik Ford Foundation, yang juga mensponsori para mahasiswa Indonesia berkuliah di Universitas California, Berkeley, pada 1956 hingga menjadi teknokrat Orde Baru.

Para mahasiswa Chile yang dibiasakan mempelajari ekonomi neoliberal ini disiapkan sebagai teknokrat pasca Allende.

Pada 1973, Allende akhirnya digulingkan oleh Jenderal Augusto Pinochet dukungan CIA.

Selagi Pinochet menebarkan teror hingga rakyat Chile syok dalam ketakutan, para ekonom Friedmanis menyuntikkan resep propasar (prokapitalis) dalam dosis tinggi hingga Chile terperangkap utang dan kekuasaan asing.

Paparan Chile ini adalah awal cerita horor pasar bebas yang menjadi isi utama buku yang disebut Dow Jones sebagai salah satu literatur ekonomi terbaik abad 21 ini.

Horor berlangsung hingga era pemerintahan George Bush yang disebut sebagai puncak kebrutalan pasar bebas hingga dunia pun muak sampai-sampai Amerika Latin alergi dengan apa pun yang berbau Friedmanis seperti IMF.

"Tuan-tuan, kami ini berdaulat. Kami ingin melunasi utang kami, tapi maaf-maaf saja jika kami harus membuat kesepakatan lagi dengan IMF," kata Presiden Argentina, Nestor Kirchner.

Sambil membopong diktator dan rezim sokongannya, kaum kapitalis mensponsori para ekonom didikan kampus-kampus neoliberal untuk menyiapkan karpet merah bagi kapitalisme dengan menyusun kebijakan ekonomi reformis propasar, satu eufemisme dari kebijakan prokapitalis.

Afrika Selatan pasca-Nelson Mandela, Rusia di bawah Boris Yeltsin, dan Polandia pasca-komunis adalah beberapa contoh.

Negara-negara yang semula khidmat mendengarkan rekomendasi para ekonom reformis bimbingan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) itu kemudian sadar telah dibohongi para ekonom dan birokrat bimbingan Barat yang ternyata para calo swastanisasi negara.

Para penyusun kebijakan reformasi ekonomi tersebut memang kerap berperan menjadi mulut korporasi asing, bahkan konsep kebijakan swastanisasi Bolivia semasa Presiden Gonzalo Sanchez de Lozada disusun para analis keuangan perusahaan asing, seperti Solomon Brothers dan ExxonMobil.

Nelson Mandela adalah salah satu yang kecewa karena cita-cita memakmurkan warga kulit hitam, seperti dipesankan Piagam Perdamaian tak tercapai, justru karena orang dekatnya, Tabo Mbeki, menyusun kebijakan pro-kapitalis sehingga mayoritas rakyat Afsel terpinggirkan.

Polandia juga menyesal mematuhi nasihat pialang George Soros dan ekonom Jeffrey Sachs, seorang Friedmanis dari Universitas Harvard, sehingga aset-aset strategis Polandia jatuh ke tangan asing, justru ketika Partai Solidaritas memerintah negeri itu.

Demikian pula Rusia, yang kehilangan aset-aset strategisnya setelah ekonom reformis Yegor Gaidar, seorang Friedmanis di bawah bimbingan IMF, mempromosikan kebijakan propasar. Vladimir Putin kemudian mengoreksi kesalahan itu, dan mengakhiri hubungan mesra Rusia dengan IMF.

Buku tersebut juga menyebut krisis moneter Asia 1997 sebagai hasil desain kaum kapitalis karena mereka ingin menguasai aset-aset strategis di kawasan itu, mencaplok aset-aset perusahaan nasional Asia yang tumbuh meraksasa, dan hendak menggulingkan rezim-rezim yang berubah kritis, seperti Soeharto di Indonesia.

Menurut Naomi, di masa tuanya, Soeharto yang pro-Barat itu bosan diperah korporasi asing, sehingga ia "berkhianat" dengan membagikan aset nasional kepada kroninya yang berakibat korporasi asing itu berang, lalu merancang pembalasan dengan membesarkan skala krisis moneter Asia.

Ketika Indonesia dan Asia akhirnya lunglai karena krisis moneter, IMF datang menawarkan obat dengan syarat liberalisasi pasar, sebuah formula klasik ala Friedman. Semua Asia menerima resep itu, hanya Malaysia yang menampik formula rente itu.

Hanya dalam 20 bulan, perusahaan-perusahaan multinasional asing berhasil menguasai perekonomian Indonesia, Thailand, Korea Selatan, Filipina dan juga Malaysia lewat 186 merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan besar di negara-negara ini.

"Ini adalah pengalihan aset dari domestik ke asing terbesar dalam limapuluh tahun terakhir," kata ekonom Robert Wade.

Tak puas di situ, para kapitalis merancang serangan ke Irak setelah Presiden Saddam Hussein memberi keleluasaan pada Rusia menambang minyak di Irak.

Perusahaan-perusahaan minyak seperti Shell, Halliburton, BP dan ExxonMobil lalu mengipasi pemerintah AS dan Inggris untuk mencaplok Irak.

Namun, saat Irak sulit digenggam karena masalah terlalu kompleks, negeri itu disulap menjadi lahan bisnis keamanan sehingga para pedagang senjata, konsultan keamanan perusahaan di wilayah krisis, tentara bayaran dan para spesialis teknologi keamanan mendadak bergelimang uang.

Kemudian, saat kaum kapitalis itu membutuhkan relaksasi setelah penat berburu laba, maka sejumlah lokasi dibidik menjadi situs wisata eksotis, diantaranya Srilangka.

Namun, para nelayan miskin yang mendiami pantai-pantai indah Srilangka tak mau hengkang sampai tsunami menghantam Asia bagian Selatan pada 2004.

Bertopengkan bantuan rekonstruksi pascabencana dan bergerak dalam kerudung USAID, para kapitalis menyandera pemerintah Srilangka, agar "menukarkan" pantai indah Srilangka dengan bantuan tsunami. Situasi serupa berlaku di Thailand dan New Orleans pasca-badai Katrina.

Intinya, kaum kapitalis telah membisniskan perang, teror, anarki, situasi krisis dan bencana alam. Naomi Klein menyebutnya, "kapitalisme bencana". (*)

Selasa, Agustus 05, 2008

9 HIKMAH LUAR BIASA MOMENTUM ISRA’ MI’RAJ

Oleh : Ade Chandra
Mahasiswa Master of Management International Islamic University Malaysia (IIUM)

Disampaikan Pada 'Celebration of Isra' Mi'raj' Persatuan Mahasiswa Riau Malaysia (PMRM) cabang IIUM sekaligus silaturrahim dengan PMRM Pusat dan PPI-IIUM, Ahad, 3 Agustus 2008

Pendahuluan

Peringatan Isra’ Mi’raj sudah sering kita peringati. Kalau dihitung sejak pertama kali kita ikuti waktu kecil dulu hingga sekarang, mungkin sudah puluhan jumlahnya. Namun hingga saat ini bisa jadi kita mengikuti Isra’ Mi’raj hanya sekedar rutinitas tanpa pernah menangkap hikmah luar biasa dibaliknya. Maka, kiranya perlu kita gali secara mendalam hikmah luar biasa momentum Isra’ Mi’raj yang dirangkai dalam sembilan kata yaitu: (1) Islam, (2)Sholat, (3)Riadhus Sholihin, (4)Al Qur’an, (5)Masjid, (6)Ihsan, (7)Rahmah, (8) Amal, (9)Jannah.

1.Kenapa Kita Islam

Dalam hidup ini, tidak ada ajaran apapun didunia ini yang luar biasa menyampaikan dengan jelas dan terang tentang Islam. Islam adalah ajaran yang dibangun dengan pondasi dua kalimah syahadat yang mengakui sepenuh hati bahwa tiada yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah semata dan untuk itu kita mengakui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah yang dengan keteladanannya kita memiliki contoh nyata dalam seluruh aspek kehidupan untuk meraih keselamatan hidup didunia dan akhirat.

“Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:205)

Islam adalah ibadah dan negara, perdamaian dan akhlak, politik dan ekonomi, kilatan pedang dan Al Qur’an. Tidak ada yang tidak diatur dalam Islam. Keseluruhan ajaran islam bersifat integral dan saling berkaitan satu dan lainnya.


Islam juga merupakan ajaran yang hanya diakui oleh Allah SWT. Selainnya tidak diterima dan tidak pernah ada paksaan untuk mengikutinya.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam...” (QS. Ali Imran : 19)

“Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran : 85)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat...” (QS. Al Baqarah : 256)


2.Ada apa dengan Sholat

Di seluruh dunia, tidak ada ajaran yang luar biasa mengingatkan penganutnya untuk tetap konsisten dalam kebaikan seperti Islam. Eperti rangkaian aktivitas luar biasa sebelum kita melakukan Sholat. Yaitu: wudhuk, azan dan Iqomah. Dengan aktivitas wudhuk yang benar, maka seluruh anggota tubuh kita dibersihkan dari dosa-dosa kecil. Tubuh juga menjadi segar dan tetap fit. Selain itu badan, pakaian juga mesti bersih dari barang-barang yang haram maupun syubhat, dari najis dan kotoran. Karena kita akan berkomunikasi dengan sang Pemilik Alam semesta: Allah ‘Azza wa jalla.

Selain itu, kita diingatkan dengan azan sebelum sholat. Azan menguatkan kalimah syahadat sehingga disunnahkan kita mengulang apa yang disuarakan muazzin atau bilal saat azan, agar kita juga mendapatkan kebaikan yang sama dengan muazzin.
Untuk seorang muslim, dua kalimah syahadat kita ulang sebanyak:

Deskripsi Jumlah Diulang Total
Azan 2 5X 10
Sholat Wajib Subuh: 2, Zuhur: 2, Ashar: 2, Maghrib: 2, Isya: 2 1X 10
Iqomat 5 1X 5
Total 25

Semakin banyak kita melaksanakan sholat sunat lainnya, maka semakin banyak penguatan kalimah syahadat yang kita lakukan sehingga pondasi Islam kita akan semakin kokoh. Sebaliknya, semakin sedikit kita ucapkan, maka kalimah syahadat akan semakin melemah. Bahkan bisa jadi akan hilang. Na’udzubillahi min dzalik.

Selain itu, sebelum sholat maka dilakukan iqomat. Apa kandungan hikmah luar biasanya? Ingatlah bahwa saat kita dilahirkan, kita diazankan ditelinga kanan dan diiqomatkan ditelinga kiri. Kemudian, saat kita meninggal, kita akan disholatkan. Nah, rangkaian hidup kita sebenarnya hanyalah sepanjang waktu antara azan dan sholat. Yaitu iqomat. Sungguh sangat singkat!

Wajar kiranya sholat menjadi pembeda antara Muslim dan non-Muslim. Sholat juga merupakan kunci Syurga. Selain itu, sholat juga merupakan ibadah utama.

“...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-badah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut : 45)



3.Mengapa Riadhus Sholihin

Riadhus sholihin adalah riwayat hidup orang-orang yang sholih yang telah mendahului kita dan telah membuktikan bagaimana kontribusi mereka pada Islam, dakwah dan kebaikan pada Ummat manusia didunia ini.

Riadhus sholihin utama, tentunya adalah riwayat kehidupan Rasulullah Muhammad SAW yang kita kenal dengan As Sunnah. Yang merupakan panduan mengarungi kehidupan agar dapat mencapai prestasi-prestasi kehidupan untuk dapat hidup kekal nan abadi di akhirat kelak.

Peran apapun yang ingin kita lakukan, contohlah Rasulullah SAW karena ia merupakan manusia teladan sepanjang zaman. Karena peran luar biasanya dalam mengajak manusia ke jalan Allah, menyeru manusia pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf : 108)

Sadar atau tidak, kita merupakan umat terbaik bagi manusia ini. Dengan syarat, kita mau menjadi da’i dengan meniti jalan dakwah yang menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran serta benar-benar beriman kepada Allah, walau apapun profesi, keahlian dan pendidikan kita.

Dakwah harus bersih dan suci. Kebersihannya benar-benar mulia, hingga melampaui ambisi pribadi, menganggap kecil keuntungan materi, meninggalkan hawa nafsu dan kesenangan sementara. Ia melaju di jalan Allah swt untuk para da’i.
Tidak meminta sesuatu pun dari manusia, tidak mengharap harta, tidak menuntut balasan, tidak menginginkan popularitas, tidak menghendaki imbalan serta ucapan terima kasih.

Sungguh, pahala amal kami hanyalah dari Allah SWT yang telah menciptakan

4.Kenapa harus Al Qur’an
Karena Al Qur'an merupakan sumber hukum terbaik yang ada di dunia. Selain itu, Allah juga sampaikan dengan jelas dalam Al Qur’an secara langsung. Dalam surat Al Baqarah: 2-20 sekaligus pembagian manusia:

1. Manusia Bertaqwa (4 ayat)
(2) Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(3) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
(4) dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
(5) Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

2. Manusia Kafir (2 ayat)
(6) Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
(7) Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
3. Manusia Munafiq (13 Ayat)
(8) Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(9) Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
(10) Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
(11) Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."
(12) Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
(13) Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.
(14) Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".
(15) Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
(16) Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
(17) Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
(18) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
(19) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
(20) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

5. Ada apa dengan Masjid
Kita mungkin sudah ratusan kali masuk keluar masjid. Namun, banyak yang menjadikan kunjungan ke masjid hanya rutinitas belaka. Tanpa makna dan arti apa-apa. Hanya sekedar menjalankan kewajiban. Ketahuilah, bahwa Masjid memiliki nilai luar biasa, diantaranya:
1.Rumah Allah, sehingga siapa yang masuk kedalamnya akan dijamu oleh-Nya.
2.Pusat kebaikan, sehingga orang-orang yang memasukinya akan merasa tentram dan tenang.
3.Pusat peradaban, buktinya bisa kita lihat hingga sekarang.
4.Pusat pertemuan, dalam waktu-waktu sholat, pernikahan, bahkan juga ibadah haji.
5.Pusat ukhuwah dan persatuan


6. Pentingnya Ihsan
Saat ini, kita sangat susah mendapatkan orang-orang yang bisa dipercaya. Apalagi kalau berkaitan dengan uang dan organisasi (kecil, menengah, maupun besar). Apalagi yang berada dilevel pimpinan. Tentu, minimal sekali menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Salah satu solusi untuk permasalahan kepemimpinan yang demikian komplek saat sekarang ini adalah mencari orang-orang yang ihsan.
Apa itu ihsan? Malaikat Jibril menrangkan kepada Rasulullah SAW bahwa ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau dilihat oleh-Nya, walaupun engkau tidak bisa melihat-Nya.

Sederhananya, ihsan adalah seorang manusia yang merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap niat dan aktivitas apapun yang dikerjakannya. Sehingga, tidak akan pernah ia berlaku curang, sombong, apalagi berlaku dzalim.

7. Tumbuhkan sifat Rahmah
Seorang da’i atau pun seorang Muslim perlu menumbuhkan sifat Rahmah atau kasih sayang karena sesama Muslim pada hakikatnya adalah bersaudara. Karena satu keturunan dari Nabi Adam dan Siti Hawa.

Kasih sayang yang luar biasa seperti ungkapan berikut ini:
Kami lebih cintai Umat dari pada diri kami sendiri. Sungguh, jiwa-jiwa kami senang gugur sebagai penebus kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan. Atau melayang untuk membayar kejayaan, kemulian agama, dan cita-cita mereka, jika memang mencukupi.

Sungguh, kami benar-benar sedih melihat apa yang menimpa umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan, ridha pada kerendahan, dan pasrah pada keputusasaan.

Sungguh, kami berbuat dijalan Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami.
Kami milik kalian saudara-saudara tercinta, bukan orang lain. Sesaat pun kami tak akan pernah menjadi musuh.

Sikap ini karena kasih sayang yang telah mencengkeram hati kami, menguasai perasaan kami, menghilangkan kantuk kami, dan mengalir air mata kami.


8. Segeralah Beramal
Melakukan amal-amal kebaikan harus segera dilakukan, karena kita tidak tahu kapan kita akan kembali pada Allah SWT. Alangkah ruginya kita, bila saat dipanggil Allah SWT kita tidak memiliki amalan kebaikan yang bayak. Sehingga sengsara dan azab yang akan kita dapatkan.
Bila kita pernah melakukan dosa dan kesalahan, maka bersegera pula untuk bertobat.


9. Raih Jannah tertinggi
Karena kita semua tentu ingin menjadi dan mendapatkan yang terbaik. Bukankah sah-sah saja kita berkeinginan untuk meraih Syurga tertinggi sehingga bertemu para Nabi dan Rasul serta orang-orang terbaik yang pernah hidup dahulu kala maupun dimasa yang akan datang?
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dipilih Allah SWT untuk menjadi penghuni Syurga tertinggi. Yaitu Syurga Firdaus. Amin.

Penutup

Bulan Rajab yang didalamnya ada momentum Isra' Mi'raj merupakan pintu menuju bulan-bulan mulia lainnya. Yaitu bulan Sya'ban dan Ramadhan. Mulailah sejak saat ini kita berdoa agar kita tetap hidup dan masih dapat melaksanakan sebanyak-banyaknya ibadah dibulan utama seperti bulan Ramadhan. Agar perbekalan kita untuk pulang kembali pada Allah SWT benar-benar cukup untuk menyelamatkan hidup kita dunia dan akhirat.

Sabtu, Agustus 02, 2008

BERANI GAGAL

Oleh: Ade Chandra*
Master of Management di International Islamic University Malaysia (IIUM) batch 14
Anggota ISEFID (Islamic Economic Forum for Indonesian Development) di IIUM

Dalam menjalani kehidupan pasti kita pernah mengalami kegagalan. Apakah gagal masuk perguruan tinggi, gagal untuk menikah, gagal naik jabatan atau gagal menjadi pemenang dalam suatu pertandingan. Pokoknya macam-macam jenis kegagalan yang tentunya berbeda-beda diantara kita.

Kegagalan ternyata bukanlah petaka bagi kita. Tapi kegagalan adalah bagian penyiapan diri kita oleh Allah untuk bisa merasakan nikmatnya sukses.

Sehingga saat kita sukses, kita tidak menjadi besar kepala lantaran kesuksesan yang kita raih. Tapi semakin cemerlang dengan kerendahan hati, karena kita telah merasakan pahitnya kegagalan.

Kegagalan ibarat proses seperti bayi yang sedang belajar berjalan. Berkali-kali ia jatuh, terpeleset, terbentur bahkan luka dan menangis. Tapi ia tidak pernah berhenti mencoba walau berkali-kali gagal. Bahkan kegagalan yang ia alami menyebabkan kakinya makin kuat. Langkahnya makin tegap dan mentalnya makin teruji.

Saat ia bisa mengatasi itu semua, ia pun bisa berjalan. Bahkan bisa berlari menempuh jarak ratusan kilometer.

Orang yang semakin besar kegagalan yang ia hadapi. Terus berani menjalaninya, maka tunggulah manisnya kesuksesan yang Allah subhanahu wata’ala persiapkan.

Orang yang berani gagal. Akan lebih berani lagi menjalani kesuksesan. Dan kesuksesan terbesar adalah saat kita tidak melupakan proses kegagalan yang telah kita jalani.

MC, 2 Agustus 2008

Dibalik Privatisasi Aset Negara

Oleh : Ade Chandra
Mahasiswa Master of Management di International Islamic University Malaysia (IIUM)
batch 14 diposting tgl 2 Agustus 2008

Sejak kecil kita dikenalkan bahwa Indonesia itu kaya. Letaknya strategis digaris khatulistiwa. Diapit benua Asia dan Australia. Dikelilingi Samudera Pasifik dan Hindia. Budayanya beraneka ragam. Tak ketinggalan, rakyatnya juga melebihi 220 juta. Sungguh anugerah yang luar biasa dari sang Maha Kuasa.

Tetapi, hingga saat ini rakyatnya kian hari makin sengsara dibanding negara lain dibenua yang sama dengan Indonesia. Tahun 1967, negara-negara utama di Asia hampir memiliki kesamaan dalam bidang sosial dan ekonomi. Rizal Ramli (2008) menyebutkan pada saat itu Gross National Product (GNP) perkapita Indonesia, Malaysia, Thailand, Taiwan dan China nyaris sama yaitu kurang dari $100 per kapita. Setelah lebih 40 tahun, GNP negara-negara tersebut tahun 2004 mencapai: Indonesia US$1.100, Malaysia US$4.520, Thailand US$2.490, Taiwan US$14.590 dan China US$1.500.

Selama ini, kemajuan ekonomi Indonesia banyak didukung oleh eksploitasi sumberdaya alam seperti minyak bumi, batubara, emas, gas dan hasil hutan serta peningkatan pinjaman luar negeri. Sedangkan kemajuan negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara didukung oleh ekspor, industrialisasi, peningkatan produktifitas dan daya saing nasional.

Ketergantungan tinggi pada hutang luar negeri diikuti kelemahan struktural ekonomi menciptakan pengambil kebijakan ekonomi Indonesia tidak percaya diri dan secara mental serta intelektual sangat tergantung pada lembaga pemberi hutang. Krisis ekonomi tahun 1997, semakin memperkuat elit kebijakan ekonomi patuh pada International Monetary Fund (IMF).

Pada bulan Maret 1998, menjelang kejatuhan rezim orde baru, menurut catatan Bank Indonesia (BI) utang luar negeri Indonesia US$137,424 miliar. Jauh diambang batas US$100 miliar. Rinciannya, utang pemerintah sebesar US$63,732 dan utang swasta alias konglomerat sebesar US$73,692 miliar, dan US$10,5 miliar merupakan utang bank komersial jangka pendek berbunga tinggi.

Selain itu demi menyelamatkan perbankan nasional akibat hantaman krisis ekonomi dan rush dari nasabah, BI mengeluarkan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hampir Rp144 triliun tanpa reserve. Atas desakan IMF pula, pemerintah mengeluarkan obligasi rekapitulasi perbankan sebesar Rp430 triliun yang bila ditambah bunganya bisa mencapai Rp600 triliun.

Namun setelah sehat dan bebas kredit macet, atas desakan IMF lagi, bank-bank rekap itu dijual bersama obligasinya. Lalu dengan alasan memelihara kepercayaan internasional bank-bank tersebut jatuh ketangan asing atau konsorsium. Tanpa sadar, pemerintah telah mengubah utang swasta menjadi hutang publik sebesar Rp600 triliun dengan bunga sebesar 12,5%.

Contoh bank rekap yang melekat obligasi pemerintah sebesar Rp58 triliun didalamnya adalah BCA. Dijual obral 51% sahamnya seharga Rp 5,3 triliun, oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sehingga jatuh ketangan konsorsium Farallon (AS) dan Djarum. Setiap tahun, menurut Kwik Kian Gie, pemerintah mengeluarkan dana untuk BCA sebesar Rp 7 triliun atau Rp500 miliar/bulan sebagai pembayaran bunga obligasi. Padahal BCA ibarat ayam petelur emas yang menghasilkan keuntungan lebih Rp 2 triliun/tahun. Tahun 2004 membukukan keuntungan 3,2 triliun dan tahun 2005 Rp 3,6 triliun.

Sampai akhir April 2002, obligasi yang masih melekat di BCA sebesar Rp 59,631 triliun. Ditahun yang sama, bunga obligasi yang dibayar pemerintah untuk rekap BCA sebesar Rp 6 triliun. Ishak Rafick (2008) menambahkan bahwa menurut manajemen baru BCA, obligasi yang jatuh tempo berturut-turut pada tahun 2003 sebesar Rp 3,441 triliun, 2004 Rp 7,948 triliun, 2005 Rp 6,075 triliun, 2006 Rp7,266 triliun, 2007 Rp8,777 triliun dan puncaknya tahun 2008 Rp17,060 triliun. Tahun 2009 menurun menjadi Rp8,487 triliun. Beban berat seperti ini terus ditanggung rakyat akibat ulah pemerintah masa lalu. Belum lagi beban akibat bencana alam, kenaikan harga minyak, ditambah cicilan utang luar dan dalam negeri.

Tahun 2004, Kabinet Gotong Royong Mega-Hamzah telah membayar utang dalam dan luar negeri sebesar Rp139,4 triliun. Tahun 2005, Kabinet Indonesia Bersatu SBY-JK telah membayar Rp126,315 triliun berupa cicilan utang pokok Rp61,614 triliun dan bunga Rp64,691 triliun. Untuk tahun 2006, pemerintah mengalokasikan pembayaran utang sebesar Rp140,22 triliun dengan cicilan utang pokok Rp63,59 triliun dan beban bunga Rp76,63 triliun.

Nah, cara paling mudah untuk menutupi kekurangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dengan beban yang demikian berat adalah dengan privatisasi perusahaan negara atau lebih dikenal Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Padahal menurut Jeremy Pope (2003), The Privatization is mother of corruption atau privatisasi adalah induknya korupsi.

Tim Konsultasi Privatisasi BUMN telah dibentuk sejak pemerintahan Abdurrahman Wahid berdasarkan Surat Keputusan Presiden No.24/2001. Kemudian untuk memuluskan keinginan pemerintah menjual perusahaan milik negara, maka dikeluarkan Undang-undang (UU) No.19/2003 tentang BUMN. Dalam UU tersebut, pihak asing dibolehkan menguasai saham perusahaan dalam negeri hingga 95 persen.

Selain itu, menurut Zulhelmy (2008) dalam dokumen USAID Strategic Plan for Indonesia 2004-2008 disebutkan bagaimana lembaga bantuan Amerika Serikat ini bersama World Bank, aktif terhadap permasalahan privatisasi di Indonesia. Sementara ADB dalam News Release yang berjudul Project Information: State Owned Enterprise Governance and Privatization Program tanggal 4 Desember 2001, memberikan pinjaman US$ 400 juta untuk program privatisasi BUMN di Indonesia.

Tahun 2007, pemerintah menargetkan setoran dari privatisasi BUMN sebesar Rp3,3 triliun. Walau akhirnya tercapai Rp3,09 triliun.
Ditahun 2008, pemerintah melalui Menteri Negara BUMN telah menyiapkan lebih dari 30 perusahaan negara yang akan diprivatisasi. Diantaranya, PT Asuransi Jasa Indonesia, BTN, Jakarta Lloyd, Krakatau Steel, Industri Sandang, PTB Inti, Rukindo, Bahtera Adi Guna, PT Perkebunan Nusantara III, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara VII, Sarana Karya. Begitu juga Semen Batu Raya, Waskita Karya, Sucofindo, Surveyor Indonesia, Kawasan Berikat Nusantara, Kawasan Industri Medan, Kawasan Industri Makasar, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, BNI Persero, Adhi Karya, Pembangunan Perumahan (melalui IPO), Kawasan Industri Surabaya, dan Rekayasa Industri. Ditambah PT Dirgantara Industri, Boma Vista, PTB Barata, PTB Inka, Dok Perkapalan Surabaya, Dok Perkapalan Koja Bahari, Biramaya Karya, Yodya Karya, Kimia Farma dan Indo Farma (keduanya mau merger), PT Kraft Aceh, dan Industri Kapal Indonesia.

Privatisasi memunculkan akibat yang luar biasa bagi rakyat Indonesia. Baik secara jangka pendek maupun secara jangka panjang. Zulhelmy (2008) menyampaikan beberapa akibat privatisasi, yaitu:

Pertama, tersentralisasinya aset negara pada segelintir orang atau perusahaan bermodal besar, canggih dalam manajemen, teknologi dan strategi. Pada akhirnya aset tersebut hanya beredar diantara orang-orang kaya saja. Sehingga akan menghambat pendistribusian kekayaan.

Kedua, privatisasi di negeri seperti Indonesia dengan masuknya para investor asing baik perorangan maupun perusahaan perlahan menjerumuskan negeri tersebut dalam cengkraman imperialisme ekonomi. Sebab, individu atau perusahaan kapitalis itu nantinya akan menguasai dan mengendalikan negeri ini. Sehingga terjadi perampokan kekayaan negeri ini sekaligus pengokohan dominasi politik atas penguasa dan rakyat.

Ketiga, pengalihan kepemilikan khususnya disektor industri dan pertanian dari kepemilikan negara/umum menjadi kepemilikan individu, umumnya akan mengakibatkan Pemutusan hubungan Kerja (PHK), atau pengurangan gaji pegawai. Padahal pengangguran dan kemiskinan sangat berpengaruh pada kondisi masyarakat, produksi, dan pertumbuhan ekonomi.

Keempat, menghapuskan kepemilikan umum atau kepemilikan negara artinya negara melepaskan diri dari kewajibannya terhadap rakyat. Negara tidak akan sanggup melaksanakan banyak tanggungjawab yang seharusnya dipikul, karena telah kehilangan sumber-sumber pendapatannya. Negara juga tidak akan dapat lagi memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan secara layak.
Kelima, negara akan disibukkan mencari sumber pendapatan baru untuk mengantikan sumber pendapatan yang telah dijualnya. Negara tentu tidak mudah mendapatkan sumber lain, selain menerapkan pajak yang tinggi atas perusahaan, sektor perdagangan/ekonomi, dan juga kepada rakyatnya.

Keenam, dana yang diperoleh negara dari penjualan kepemilikan umum atau negara, umumnya tidak dikelola dalam sektor-sektor produktif.

Ketujuh, menghalangi masyarakat umum untuk memperoleh hak mereka, yaitu memanfaatkan aset kepemilikan umum seperti air, minyak, sarana transportasi, dan pelabuhan-pelabuhan.

Maka dari itu, privatisasi akan mempengaruhi pelayanan, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kemandirian negara. Karena dibalik program privatisasi terjadi neoliberalisme. Ideologi kapitalisme berwajah baru. Saatnya bukan lagi privatisasi tetapi menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang ada, demi mewujudkan rakyat Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan.

Rabu, Juli 16, 2008

Mensucikan Jiwa

Oleh: Ade Chandra
Dimuat di Buletin Profetik,Juli 2008 di Pekanbaru, Riau

Manusia sejak hadir kedunia ini telah memiliki dua potensi dalam jiwanya yaitu potensi kefasikan dan potensi ketakwaan (QS.Asy Syams 91:8). Salah satu potensi jiwa ini dapat mendominasi atau bahkan dapat berkembang secara bersamaan. Tergantung bagaimana seseorang mengolah potensi-potensi jiwa tersebut. Apabila jiwa kefasikan yang dominan dikembangkan, maka akan terbentuk manusia-manusia pendosa yang menyenangi maksiat dan kerusakan. Bukan hanya merusak dirinya tetapi akan merusak manusia lainnya serta alam dan lingkungannya. Sebaliknya bila jiwa ketakwaan berkembang optimal, maka kesholehan, kebaikan dan multi-manfaat akan dihasilkan sehingga menjadi rahmat bagi alam semesta.

Adakalanya jiwa kefasikan dan ketakwaan ini berkembang secara bersamaan. Disatu sisi ia melakukan perbuatan yang memudahkannya menuju Surga. Tetapi disisi lain perbuatan dosa menuju Neraka juga terus dilakukannya. Contohnya banyak orang-orang yang melaksanakan sholat, rajin baca Al Qur’an dan perbuatan baik lainnya tetapi tetap melakukan korupsi, suap-menyuap, menggunjing dan lain sebagainya. Atau wanita yang menutup auratnya dengan rapi saat melaksanakan sholat tetapi setelah selesai sholat mereka kembali mengumbar auratnya.

Jiwa ibarat sebuah cermin. Sehingga apabila cermin diliputi debu kemudian langsung dibersihkan, maka cermin tersebut akan kembali bersih dan dapat digunakan dengan menyenangkan oleh sang empunya cermin. Sebaliknya apabila cermin tersebut dibiarkan berdebu dan terus menumpuk tanpa pernah dibersihkan, maka cermin tersebut lama-kelamaan akan sulit dibersihkan. Bahkan bisa jadi cermin tersebut dibuang oleh pemiliknya karena tidak ada lagi gunanya.

Untuk jiwa kita, Allah SWT menyampaikan bahwa: “sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,” (QS. Asy Syams 91:9). “Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams 91:10).

Terapi mensucikan jiwa adalah dengan banyak mengingat Allah SWT dalam berbagai bentuk ibadah agar jiwa menjadi tenang (QS. Ar Ra’d 13:28). Seperti menjaga kualitas sholat wajib dan menambahnya dengan sholat sunat karena sholat lebih besar keutamaanya dibandingkan dengan ibadah lainnya (QS. Al Ankabut 29:45). Memperbanyak membaca lafaz dzikir pagi dan petang (QS. An Nur 24:36) seperti tasbih, istighfar, tahlil, tahmid dan takbir. Serta membaca Al Qur’an dengan perlahan-lahan, khususnya diakhir malam (QS.Al Muzzammil 73:4).

Selain itu, lakukan perbuatan baik pada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam lingkungan. Juga balas setiap perbuatan buruk dengan perbuatan baik agar beruntung (QS.Al Muzzammil 73:20).

Tentu usaha pensucian jiwa ini mesti dilakukan secara rutin, terus-menerus dengan penuh keikhlasan mengharap ridho Allah SWT. Karena musuh utama kita syaitan terkutuk dan orang-orang yang bersekutu dengannya tidak akan pernah berhenti menggoda agar jiwa kita kotor dan jauh dari Allah.

Semoga kita termasuk orang-orang yang konsisten untuk terus mensucikan jiwa ini.

Bagaimana dengan Anda?

Kamis, Mei 08, 2008

Bank Sentral dalam Perspektif Ekonomi Islam

Oleh :
Ade Chandra
Mahasiswa Master of Management di International Islamic University Malaysia (IIUM)

Kinerja perbankan secara nasional di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh kinerja perbankan konvensional maupun perbankan syariah. Ujungnya, performance perbankan nasional tersebut sangat ditentukan oleh bank sentral. Dalam hal ini Bank Indonesia (BI).

Hingga saat ini, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang ada pada perbankan nasional berdasarkan data dari BI hingga akhir Februari 2008, terkumpul sebesar sekitar Rp. 1.471,20 triliun dari 30 propinsi yang ada di Indonesia. Penyaluran dana berupa kredit hanya sebesar Rp. 1.031,10 triliun, sedangkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar Rp.231,40 triliun dengan bunga SBI jangka waktu 1 bulan 7,93% dan jangka waktu 3 bulan sebesar 8,01%. Sedangkan untuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) untuk perbankan syariah bonusnya sebesar 7,37.

Dana perbankan nasional yang disimpan di SBI dan SWBI mengakibatkan beban pemerintah melalui BI makin bertambah karena biaya bunga dan bonus yang harus dibayarkan. Belum lagi keinginan pemerintah agar bunga SBI dan bonus SWBI yang dibayarkan BI bisa lebih tinggi sehingga menguntungkan bagi pemerintah.

Tentu ini sangat membuat “pusing” BI untuk menginvestasikan dana SBI dan SWBI dengan return tinggi serta dalam jangka waktu yang pendek pula. Walaupun return tinggi juga merupakan upaya untuk “menyenangkan” para deposan agar terus memarkirkan dananya di SBI dan SWBI.

Akan tetapi, menurut Habib Ahmad dalam research paper di Islamic Development Bank (IDB) tahun 2001, bank sentral dalam perspektif ekonomi Islam tidak dibolehkan menggunakan bunga dalam seluruh transaksi yang dilakukannya. Bank sentral hanya boleh memegang aset keuangan yang di back-up oleh transaski riil dan aset nyata. Hal ini meliputi equity-based government securities, sertifikat deferred price (istisna), aset obligasi (sukuk) ijarah dan sukuk muqaradah.

Dalam konteks suplai uang pun, bank sentral dalam perspektif ekonomi Islam mesti di back-up oleh riil aset atau claims riil asset. Juga, suplai uang hanya dapat ditingkatkan ketika aktivitas riil juga meningkat. Selain itu, bank sentral tidak boleh membiayai defisit budget pemerintah kecuali uang tersebut digunakan untuk aktifitas riil yang produktif.

Implikasi penerapan kebijakan ini, akan mempengaruhi kestabilan pertukaran mata uang negara dipasar uang. Hal ini juga akan menurunkan aktivitas spekulasi para spekulan. Karena bila bank sentral hanya membiayai investasi produktif pemerintah, maka tidak akan ada insentif untuk mata uang yang ditargetkan.

Pemerintah yang memiliki peran signifikan membuat dan menerapkan kebijakan-kebijakan dalam perspektif ekonomi, sedikit banyaknya berdampak pada peran bank sentral. Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut seperti kebijakan perdagangan (trade policy) dalam hal ini ekspor dan impor, kebijakan fiskal (fiskal policy) dalam memanage pengeluaran-pengeluaran, serta kebijakan keuangan (money policy) yang meliputi suplai uang dan kredit sektor privat.

Dalam money policy, bank sentral melaksanakannya untuk mencapai tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang jika suplai uang dan pertumbuhan permintaan uang berjalan secara proporsional maka nilai tukar uang akan stabil. Sedangkan untuk jangka pendek, variasi permintaan uang meningkat dari fluktuasi pertumbuhan keseimbangan pembayaran dalam operasi pasar terbuka berkaitan erat dengan mata uang asing. Bank sentral dapat membeli atau menjual mata uang asing untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uang negara bersangkutan.

Pada fiscal policy, keterbatasan bank sentral dalam perspektif ekonomi Islam dalam memulihkan defisit keuangan pemerintah mengharuskan pemerintah mesti menyeimbangkan antara pengeluaran operasional negara dengan pendapatan negara. Jangan sampai besar pasak dari pada tiang.

Kalau ditelusuri keadaan Indonesia dari data BI hingga akhir Februari 2008, posisi portfolio obligasi (sukuk) pemerintah sebesar Rp.478,779 triliun. Walaupun hingga akhir 25 Juli 2020 obligasi pemerintah akan jatuh tempo, namun suku bunganya dari tahun 2002 hingga tahun 2020 tetap tinggi berkisar antara 8-16,5% dibanding SBI dan SWBI saat ini. Sedangkan ditingkat dunia suku bunga obligasi maksimum 3%. Bayangkan berapa bunga yang harus pemerintah bayar berikut pembayaran pokoknya. Tentu yang jadi korban adalah rakyat. Sehingga akhirnya pemerintah harus memangkas berbagai dana subsidi yang seharusnya dinikmati rakyat ditengah harga-harga yang merangkak naik, sedangkan pendapatan mereka tetap dan bahkan cenderung menurun.

Dalam perspektif ekonomi Islam, pemerintah hanya dapat mencari pembiayaan dari bank sentral dalam hal pengeluaran untuk modal saja. Sedangkan untuk konsumtif sangat dihindari. Kedisiplinan pemerintah untuk mengikuti aturan ini, akan berimbas juga pada kestabilan nilai tukar mata uang negara. Walaupun dana yang didapatkan pemerintah dari bank sentral untuk pengeluaran modal akan meningkatkan suplai uang, namun disisi permintaan uang tetap proporsional. Kebijakan ini secara internal akan menurunkan inflasi dan secara eksternal akan menstabilkan nilai mata uang. Saat ini, dari catatan BI inflasi di Indonesia, pada akhir maret 2008 sebesar 8,17% lebih tinggi dibandingkan Februari yang hanya sebesar Rp.7,40%.

Belajar dari pengalaman

Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) masa krisis moneter tahun 1998 merupakan pelajaran pahit dalam sejarah bank sentral di Indonesia. Menurut catatan Ishak Rafick (2008), BI mengeluarkan BLBI sebesar Rp.144 triliun hampir tanpa reserve. Pada saat itu, atas desakan International Monetary Fund (IMF) pemerintah mengeluarkan obligasi rekapitalisasi perbankan sebesar Rp. 430 triliun. Bila ditambah dengan bunganya maka menjadi Rp.600 triliun. Anehnya lagi, setelah bank-bank bermasalah tersebut sehat, atas dorongan IMF bank-bank rekap tersebut mesti dijual dengan obligasinya sehingga jatuhlah ketangan asing dan konsorsium. Pemerintah masuk pada jebakan hutang (debt trap). Tanpa disadari pemerintah merubah hutang swasta menjadi hutang publik sebesar Rp.600 triliun dengan bunga sebesar 12,5%, lebih besar dari BI rate saat ini. Sungguh, perlu kecerdasan putra-putri terbaik bangsa untuk menyelesaikan kasus ini.

Selain itu, defisit budget pemerintah biasanya berkaitan dengan defisit perdagangan. Ekspor utamanya ditentukan oleh permintaan internasional terhadap suatu barang dengan harga-harga yang relatif. Sedangkan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok, kenyamanan dan barang-barang mewah.

Dalam perspektif ekonomi Islam, impor yang dilakukan pemerintah mesti mengutamakan barang-barang modal. Karena barang-barang modal sangat penting dalam meningkatkan kapasitas produksi yang secara jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Disini lah perlu kejelian bank sentral dalam membiayai barang-barang impor yang dilakukan pemerintah. Jangan sampai hanya membiayai barang-barang konsumtif belaka.
Jadi, baik secara langsung maupun tidak langsung bank sentral dalam perspektif ekonomi Islam bisa menjadi pengawas dalam kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Sehingga, bank sentral menjadi jalan untuk membantu negara menjadi lebih baik.

Disinilah, kualitas human resource bank sentral menjadi tulang punggung menentukan masa depan bangsa. Sebuah harapan besar dari rakyat untuk memutus lingkaran setan “keterpurukan” finansial yang tak berujung yang terjadi dinegara ini.

SOLUSI MINYAK DUNIA DAN DOLLAR

Oleh: Ade Chandra
Mahasiswa Master of Management di International Islamic University Malaysia

Kenaikan minyak dunia menjadi salah satu faktor terbesar dalam momentum sebuah perubahan. Kenaikannya memberikan multiplier effects bagi aspek lain yang juga “dipaksa” harus ikut berubah. Ini menandakan bahwa ketergantungan pada minyak bumi dan turunannya sangat mendominasi dalam kehidupan masyarakat dunia.

Minyak bumi bagaikan lokomotif kereta api yang menarik gerbong yang demikian panjang. Sedikit saja lokomotif bermasalah, maka gerbong sebagus apapun akan tetap terpengaruh jalannya bahkan bisa jadi tidak akan bergerak.

Dalam Harvard Business Review (2004) diadaptasi dari Professor Anita McGahan dari Boston University memberikan empat analisis perubahan dengan mengidentifikasi aktivitas inti dan aset inti, dalam hal ini tentunya yang dimiliki suatu bangsa. Analisis-analisis perubahan tergantung dari sisi mana akan dilihat, sebagaimana penjelasan berikut: 1) intermediating change, dilakukan saat asset inti tidak terancam tetapi aktivitas inti sedang terancam. 2)radical change, pada saat kondisi aset dan aktivitas inti terancam. 3)creative change, kondisi dimana aset inti terancam dan aktivitas inti terancam, dan 4)progressive change, untuk aset dan aktivitas inti tidak terancam.

Untuk kondisi Indonesia, progressive change menjadi pilihan karena aset dan aktivitas utama bangsa ini belum terancam dalam jangka panjang akibat kenaikan minyak bumi dan turunannya.

Dalam menerapkan progressive change di Indonesia perlu tiga pendekatan untuk menjalankannya seperti: 1)geographic, 2)technical atau 3)expertise.
Secara geografis, Indonesia memiliki kekayaan alam yang menyediakan bahan baku untuk menjadi subsitusi bahkan pengganti minyak bumi. Sebut saja ada gas alam dan batu bara. Selain itu sekarang juga digalakkan untuk memakai biofuel yang merupakan energi yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti pengolahan buah tanaman jarak dan buah kelapa sawit untuk menjadi salah satu sumber energi alternatif.
Perubahan ini selanjutnya akan memerlukan kemampuan teknis yang memerlukan proses, pembelajaran dan keahlian yang bersifat teknikal. Bisa jadi akan mengganti mesin-mesin yang memakai minyak bumi, yang tentunya memerlukan cost yang besar.
Belum lagi mesti ada pengalaman untuk melakukan proses perubahan tersebut disamping ilmu dan keahlian khusus. Disisi lain, pemakaian gas alam dan batu bara serta biofuel tentunya akan memberikan dampak juga pada lingkungan alam.

Maka dari itu, Peter F. Drucker yang dianggap sebagai bapak manajemen dunia menyampaikan bahwa perlu adanya innovation yang dapat diartikan suatu hal, ide atau cara yang baru dalam melakukan sesuatu. Selain itu juga harus creative dengan menemukan dan mengembangkan ide-ide, hal atau cara yang baru agar mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien.

DaIam kondisi seperti ini, Indonesia termasuk negara yang beruntung karena masih memiliki orang-orang yang inovatif dan kreatif. Salah satunya adalah Joko Suprapto, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk, Jawa Timur sebagai penemu blue energy. Beliau telah melakukan penelitian sejak tahun 2001 dengan mengambil ide dari Al Qur’an untuk memecah molekul air menjadi H plus dan O2 min. Dengan pemberian katalis dan beberapa proses-proses tertentu, maka didapatkan bahan bakar dengan rangkaian karbon tertentu.

Uniknya lagi, bahan dasar air yang diproses adalah air laut. Dengan beberapa proses untuk mengatur rangkaian karbon air laut tersebut, blue energy ini akan dapat digunakan oleh mesin dengan bahan bakar minyak bumi seperti premium, solar, premix hingga avtur. Penggunaannya juga tanpa mengganti mesin-mesin tersebut, sungguh fantastis! walaupun pemasaran produknya secara massal belum dilakukan.

Disamping itu, alternatif lain adalah energi dari sinar matahari, angin, panas bumi dan energi dari berbagai sumber lainnya. Ini merupakan tantangan dan harapan untuk dikembangkan. Makanya wajar jika kedepan pemerintah mesti berupaya untuk memfasilitasi penelitian-penelitian berbasis teknologi dengan harapan dapat menghasilkan karya-karya terbaik anak bangsa yang bermanfaat bagi umat manusia. Budget pendidikan 20% sepertinya mesti ditingkatkan lagi untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas.

Bila ditelusuri, saat ini Indonesia baru memiliki 49,430 patent yang diregistrasikan sejak tahun 1991 hingga tahun 2005 seperti yang dilansir di dinarstandard.com. Sedangkan untuk paten Indonesia di Amerika Serikat, maka sejak tahun 1971 hingga tahun 2004 baru tercatat 162. Bandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai paten sebanyak 547 serta Jepang yang sudah mencatatkan patentnya sebanyak 574.865. Ini menggambarkan bahwa Indonesia masih jauh ketinggalan dalam hal pengembangan penelitian. Perlu upaya serius berbagai pihak terutama pemerintah untuk mengembangkan jalinan kerjasama penelitian dengan perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya seperti apa yang dilakukan negara Malaysia dan Jepang. Selain itu, perguruan tinggi mesti sungguh-sungguh mewujudkan pengembangan penelitian sebagai bagian dari tridharma perguruan tinggi.

Harapannya, pengembangan penelitian berbasis kompetensi, proses dan hasil yang kreatif dan inovatif, maka jangka panjangnya akan dapat menghasilkan banyak solusi terhadap krisis minyak dunia dan energi. Bukan hanya untuk Indonesia, bahkan untuk dunia.

Disamping minyak dunia, dominasi ternyata juga berlaku bagi mata uang dollar. Ia menjadi alat tukar utama dalam transaksi keuangan dan perdagangan dunia internasional. Kenaikan nilainya dibandingkan mata uang lokal, akan memunculkan “bencana” bagi ekonomi suatu bangsa. Karena ia bukan saja sebagai alat tukar, tapi sudah merupakan komoditas utama di currency market.

Kenyataannya kini, Amerika Serikat sipemilik dollar sedang diambang keambrukan ekonomi akibat krisis kredit perumahan sejak tahun 2007 lalu. Ditambah beban besar membiayai perang di Irak dan Afghanistan. Belum lagi ulah para “teroris” spekulan di currency market melakukan terobosan-terobosan keuangan sehingga dollar pun merangkak naik disaat harga minyak dunia yang juga semakin membumbung tinggi. Padahal berdasarkan hukum pasar, supply and demand terhadap minyak sebenarnya relatif stabil.
Bisa dibayangkan dampak kehancuran ekonomi sebagai akibatnya. Tentu akan menghancurkan sektor-sektor keuangan, perbankan, asuransi dan sektor-sektor lainnya dan pada akhirnya akan merambah ke sektor-sektor ril ekonomi masyarakat.
Beberapa solusi terkait dengan dollar diantaranya: 1)tight money policy, dan 2)alternative currency.

Pembuat tight money policy atau kebijakan uang ketat akan efektif dilakukan oleh pemerintah dengan penentuan fix rate pada dollar dibanding mata uang lokal, sebagaimana keberhasilan ini dilakukan oleh Malaysia saat krisi ekonomi tahun 1997. Selain itu, penggunaan alternative currency yang merupakan alternatif pengganti mata uang dollar tidak bisa dilakukan secara terbatas saja. Sudah saatnya penggunaan dinar atau mata uang emas dijadikan pembayaran utama perdagangan dunia. Minimal dilakukan dalam perdagangan bilateral.

Saat ini pun, International Monetary Fund (IMF) terpaksa menjual emas. Salah satunya sebagai akibat beban krisis yang teramat berat melanda Amerika saat ini.
Disinilah perlu upaya serius penuh komitmen dalam mengatasi kenaikan minyak bumi dan dollar secara cepat dan tepat. Sehingga dalam jangka panjang negara Indonesia akan memiliki stabilitas ekonomi dan mandiri dalam mengatasi permasalahannya sendiri. Perlu kerjasama dengan ide-ide besar untuk mewujudkannya.

Rabu, April 23, 2008

MENELUSURI SEJARAH KEJAYAAN EKONOMI ISLAM

Oleh: Ade Chandra
Ketua PSDM ALIM (Asosiasi Profesional Muslim) – Riau

Saat menghadiri pertemuan pakar lintas disiplin ilmu beberapa dekade yang lalu disalah satu hotel berbintang di kota Padang, banyak pakar yang meragukan eksistensi ekonomi Islam. Bahkan ada pakar yang lantang minta bukti bahwa ekonomi Islam pernah eksis dulunya. Saat ini pun pertanyaan yang demikian sering juga mengemuka dalam beberapa diskusi. Makanya, sejenak mari telusuri sejarah kejayaan ekonomi Islam tempo doeloe.

Kejayaan Ekonomi Islam dikenal mulanya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab (13-23 H / 634-644 M). Juga masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-102 H/818-820 M).

Kita telusuri dulu pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab yang berlangsung selama 10 tahun. Saat itu diberbagai wilayah, Islam diterapkan dengan baik. Masyarakat Muslim dan non- Muslim menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Tidak ditemukan seorang miskin pun. Sebagaimana kisah Muadz bin Jabal yang diutus untuk memungut zakat di Yaman. Muadz pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada Khalifah Umar di Madinah karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak menerima zakat di Yaman. Tetapi Khalifah Umar mengembalikannya. Lalu Muadz mengirimkan sepertiga hasil zakat itu, Khalifah Umar kembali menolaknya dan berkata, ”Saya tidak mengutusmu sebagai kolektor upeti. Saya mengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya disana dan membagikannya kepada kaum miskin dikalangan mereka juga.” Muadz menjawab. ”Kalau saya menjumpai orang miskin disana, tentu saya tidak akan mengirimkan apa pun kepada Anda.”

Tahun kedua, Muadz mengirimkan separuh hasil zakat yang dipungutnya kepada Khalifah Umar, tetapi Khalifah mengembalikannya. Tahun ketiga, Muadz mengirimkan semua hasil zakat yang dipungutnya, yang akhirnya juga dikembalikan oleh Khalifah Umar. Muadz berkata, ”Saya tidak menjumpai seorang pun yang berhak menerima bagian zakat yang saya pungut.”

Pada masa Khalifah Umar, Syria, Palestina, Mesir, Irak dan Persia ditaklukkan. Penaklukan ini menyebabkan harta rampasan perang melimpah ruah. Setelah penaklukan Nahawand (20 H), setiap tentara berkuda mendapatkan ghanimah 6.000 dirham dan tentara infanteri mendapat 2.000 dirham.

Walaupun rakyatnya sejahtera, Khalifah Umar tetap hidup sederhana. Beliau mendapatkan tunjangan dari Baitul Mal hanya sebesar 16.000 dirham per tahun.
Selanjutnya, masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (merupakan cucu dari Khalifah Umar bin Khatab). Masa pemerintahannya hanya 3 tahun. Namun beliau mampu menyejahterakan rakyat.

Dalam suatu kisah, disebutkan bahwa Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata, ”Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat di Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorang pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya.”

Kemakmuran merata diwilayah Khilafah Islam, seperti di Irak dan Basrah. Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak sat itu. Agar membayar semua gaji dan hak rutin di propinsi itu. Dalam surat balasannya, Abdul Hamid berkata, ”Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun di baitul Mal masih terdapat banyak uang.”
Khalifah Umar memerintahkan, ”Carilah orang yang dililit hutang tetapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi hutangya.”
Abdul Hamid kembali menyurati Khalifah Umar, ”Saya sudah membayarkan hutang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.”
Khalifah memerintahkan lagi, ”Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.”
Abdul Hamid sekali lagi menyurati Khalifah, ”Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah. Namun di Baitul mal ternyata masih juga banyak uang.”
Akhirnya, khalifah Umar memberi pengarahan. ”Carilah orang yang biasa membayar jizyah dan kharaj. Kalau ada yang kekurangan modal, berilah mereka pinjaman agar mampu mengolah tanahnya. Kita tidak menuntut pengembaliannya kecuali setelah dua tahun atau lebih.”

Sementara itu, Gubernur Basrah pernah mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ” Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.”
Khalifah Umar dalam surat balasannya berkata, ”Ketika Allah memasukkan calon penghuni Surga ke dalam Surga dan calon penghuni Neraka ke dalam Neraka, Allah ’Azza wa Jalla merasa ridha kepada penghuni Surga karena mereka berkata, ’Segala pujian milik Allah yang telah memenuhi janji-Nya.’ (QS. Az Zumar: 74). Karena itu, suruhlah orang yang menjumpaimu untuk memuji Allah Swt”.

Walau rakyatnya sejahtera, Umar bin Abdul Aziz tetap hidup sederhana. Beliau menunjukkan kejujuran dan kesederhanaannya sejak awal menjabat Khalifah. Beliau mencabut semua tanah garapan dan hak-hak istimewa Bani Umayyah serta mencabut hak kekayaan lainnya yang diperoleh dengan jalan kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan Bani Umayyah. Umar bin Abdul Aziz mulai dari dirinya sendiri dengan menjual semua kekayaannya dengan harga 23.000 dinar lalu menyerahkan semua hasil penjualannya ke Baitul Mal.

Inilah bukti keberhasilan Ekonomi Islam. Keberhasilan yang hanya didapat bila ekonomi Islam memenuhi syarat mutlaknya. Yaitu dalam masyarakat Muslim, Islam diterapkan secara menyeluruh (kaffah). Baik dibidang ekonomi, maupun bidang-bidang lainnya seperti politik, sosial, pendidikan, budaya dan lain-lain. Sebab sistem Islam itu bersifat integral dan saling melengkapi.

Yang jelas, kejayaan Ekonomi Islam dapat terulang kembali bila kita mengambil peran masing-masing untuk mewujudkannya secara sistematis dan berkelanjutan.
Bagaimana dengan Anda?

Pekanbaru, 19 Rabiul Awal 1428 H
7 April 2007 M