Diriku Apa Adanya

Foto saya
Indonesia
Only new-born human to develop potencies optimum 100% and to give multi-purposes internationally

Kamis, Agustus 14, 2008

MENCARI PEMIMPIN SEJATI

Oleh: Ade Chandra
Mahasiswa Master of Management di International Islamic University Malaysia (IIUM), berdomisili di Pekanbaru, Riau.

Kepemimpinan bukanlah sebuah bakat, tapi kepemimpinan dapat diciptakan oleh lingkungan dan masyarakatnya.

Betapa tidak, sejak dimulainya pemilihan secara langsung pasangan presiden dan wakil presiden oleh rakyat Indonesia maka kini terus bergulir pemilihan pemimpin model tersebut diberbagai propinsi, kota dan kabupaten. Bahkan pelaksanaannya juga telah sampai ke tingkat RT.

Namun setelah pemimpin baru banyak yang harus meringkuk di jeruji besi karena terbukti korupsi atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin. Walau adakalanya kejahatan itu dilakukan sebelum terpilih memimpin rakyat didaerahnya.

Tentu hal ini merugikan bangsa dan rakyat. Karena miliaran bahkan triliunan dana terbuang hanya untuk memilih penjahat berkedok pemimpin. Bagaikan membeli kucing dalam karung.

Semestinya, calon pemimpin yang diusung partai politik tertentu beserta rakyat harus mengetahui track-record nya. Utama sekali bagi tim suksesnya. Makanya perlu kriteria-kriteria untuk menjaring calon pemimpin terbaik.

Dalam buku Modern Management, Certo (2006) menuturkan beberapa kriteria kepemimpinan hari ini, yaitu: (1)visionary, dengan memiliki kekuatan ide-ide asli untuk masa depan menuju perbaikan dan peningkatan, (2)passionate dengan bentuk kekuatan keyakinan yang dalam, (3)creative untuk menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, (4)flexible dengan mampu merubah keadaan dan kondisi berbeda-beda menjadi lebih baik, (5)inspirational sehingga orang-orang disekitarnya tergerak untuk melakukan prilaku-prilaku positif, (6)innovative dalam ide dan mengatasi berbagai persoalan, (7)courageous atau berani berkorban untuk kebaikan, (8)imaginative dalam berpikir, membuat sesuatu yang baru dan bermanfaat, (9)experimental dengan membuat dan memodifikasi sesuatu yang tidak berguna menjadi bermanfaat dan (10)independent dalam berpikir dan berbuat tanpa terpengaruh oleh apapun.

Selain itu, pemimpin perlu memiliki komitmen kebaikan dan kebermanfaatan. Hermawan Kartajaya menerangkan konsep progression of commitment value dengan empat tingkatan komitmen secara berurutan, mulai dari political commitment, intellectual commitment, emotional commitment, dan spiritual commitment.

Political commitment merupakan tingkatan terendah dengan memberikan komitmen secara terpaksa sesuai apa yang diinginkan organisasinya. Tingkatan selanjutnya intellectual commitment dengan menjalankan komitmen untuk memenuhi kebutuhan intelektualnya.
Selanjutnya emotional commitment yang dilakukan sukarela dan tidak lagi memikirkan untung rugi. Sedangkan tingkatan tertinggi spiritual commitment dengan komitmen kerja dilakukan karena sudah menjadi panggilan jiwa untuk menegakkan kebenaran yang berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin utamanya dipilih dari orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Yang tidak akan pernah curang dan berbuat zalim sekecil apapun kepada rakyat atau orang-orang yang dipimpinnya. Karena dia tahu bahwa pengawas utamanya langsung dari sang Maha Kuasa, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Yang tidak pernah tidur dan tidak pernah merasa lelah. Bisa saja pemimpin mengelabui seluruh manusia yang dipimpinnya, tapi ingat bahwa perkara tersembunyi dan tidak tuntas didunia ini, maka urusan tersebut pertanggungjawabannya nanti akan dituntaskan pada pengadilan sang Maha Adil, Allah, Penguasa alam semesta.

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Al Qur’an surat Al Qiyamah ayat 36)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an surat Al Hasyr ayat 18)

Kepemimpinan seyogyanya menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta agar mendapat keberuntungan. Sebagai mana disebutkan dalam kitab suci Al Qur’an berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (surat Al Ma’idah ayat 35).

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (surat Al Ankabut ayat 69).

Selain itu, kepemimpinan tidak boleh dicari apalagi memintanya. Karena pertanggungjawaban kepemimpinan sunggguh berat di Hari Pembalasan nantinya.
Dalam sejarah kehidupan manusia, banyak kisah-kisah kepemimpinan yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi para pemimpin atau calon pemimpin.

Kisah fenomenal adalah kisah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Hanya dalam waktu kepemimpinan 2,5 tahun, beliau mampu mensejahterakan rakyatnya baik Muslim maupun non-muslim. Saat itu, orang-orang yang mau menyalurkan zakatnya seharian penuh berkeliling tapi tidak ada yang mau menerimanya. Karena masyarakat merasa hidup berkecukupan sehingga tidak pantas menerima zakat.

Sebelum menjadi pemimpin tertinggi umat Islam seluruh dunia pada saat itu, beliau termasuk orang yang kaya. Namun, ketika diangkat menjadi pemimpin, beliau segera menyalurkan seluruh hartanya ke kas negara. Yang tersisa hanya tinggal baju dibadan. Beliau juga minta diberikan gaji hanya 2 dirham sehari, yang nilainya dapat memenuhi kebutuhan makan pada hari itu juga.

Beliau juga minta kepada istrinya untuk memilih apakah tetap bersamanya dalam kondisi seperti ini atau pergi meninggalkannya secara baik-baik dengan perceraian. Beliau takut, istrinya tidak tahan dan mempengaruhi beliau kearah keburukan dan kejahatan dalam menjalankan tugas besar sebagai pemimpin umat. Istrinya menangis mendengar penyampaian seperti itu dan berkata: ”wahai suamiku, justru dalam kondisi seperti ini diriku harus berada disampingmu.”

Kepemimpinan hari ini

Kalau dibandingkan dengan pemimpin hari ini, justru kekayaannya bertambah setelah menjadi pemimpin sedangkan rakyatnya makin sengsara. Pemimpin bergelimang fasilitas sedang fasilitas rakyat dikurangi bahkan dihilangkan. Fasilitas negara dijadikan fasilitas pribadi. Rakyat diminta hidup hemat sedang pemimpin berfoya-foya bersama istri, anak, keluarga dan kroni-kroninya.

Kondisi kepemimpinan seperti ini menjadikan rakyat terzalimi. Rakyat kelaparan ditengah daerah yang kaya. Ibarat ayam mati dilumbung padi. Akibatnya, silih berganti bencana menimpa pemimpin dan daerahnya. Sehingga membuat pemimpin “pusing”, walau kadang pusing menikmati bantuan dibalik bencana.

Keberhasilan kepemimpinan dilihat diatas kertas saja melalui data-data statistik. Tanpa mau membuka mata, hati dan telinga pada rakyat disekelilingnya. Padahal banyak tetangga disamping rumah pemimpin menderita busung lapar, sulit mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Al Qur’an menerangkan dalam surat Al A’raf ayat 179:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Tentu tak ada yang menginginkan pemimpin yang hanya berani menjual kekayaan negara dan daerahnya hanya dengan alasan memenuhi kekurangan anggaran “bang-saku”. Dengan alasan privatisasi dan meningkatkan kinerja. Menguras tanah dan air hanya untuk segelintir orang agar tercapai target keberhasilan kepemimpinan sesaat dan selanjutnya menyengsarakan rakyat.

Makanya, kita memerlukan pemimpin jujur, cerdas, komunikatif dan amanah. Pemimpin yang sanggup melakukan perubahan. Memberikan sebesar-besarnya multi-manfaat kepada rakyatnya tanpa pernah mengharap balas. Karena sebaik-baik balasan hanya dari sang Maha Pemberi Balasan Yang Sempurna. Dialah Allah subhanahu wata’ala.

Bagaimana dengan Anda?

MC, 14 Agustus 2008

Tidak ada komentar: